♫♫ Midwife Lia ♫♫
My name's Lia Arian Apriani, I was born on 2nd April 1995. ^^
Sabtu, 04 Januari 2014
Jumat, 03 Januari 2014
KEBUTUHAN OKSIGENASI
MAKALAH
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN
(Kebutuhan Oksigenasi)
OLEH:
( KELOMPOK 2 )
1. DEWI
KARTIKA SARI
2. HAERANI
AINUN TAUHIDA
3. LUH
PUTU SUHARTA WIDIASTUTI
4. LIA
ARIAN APRIANI
5. NIKY
REISYIA AFNA
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN
MATARAM
D-IV
KEBIDANAN
TAHUN
AKADEMIK 2013/2014
LEMBAR
PENGESAHAN
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan
dengan tema makalah, yaitu Kebutuhan Oksigenasi yang disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mahasiswa
Kelompok 2
Mengetahui,
Dosen Mata Kuliah
Yunita
Marliana, S. ST., M. Keb.
NIP. 197906062006042004
KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, karena berkat nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah untuk tugas mata kuliah “Keterampilan
Dasar Kebidanan” yang berjudul “Kebutuhan
Oksigenasi”. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan yang telah
diberikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan baik pada teknis penyusunan maupun materi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah
penulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan
dalam mempelajari mata kuliah Keterampilan Dasar Kebidanan.
Mataram, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . I
LEMBAR PENGESAHAN . . . . . . . . II
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . III
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . IV
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . 1
A. LATAR
BELAKANG . . . . . . . . 1
B. RUMUSAN
MASALAH . . . . . . . 1
C. TUJUAN . . . . . . . . . . 1
D. MANFAAT . . . . . . . . . 1
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . 2
A. KEBUTUHAN
OKSIGENASI . . . . . . . 2
B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM
KEBUTUHAN OKSIGENASI . 2
C. PROSES OKSIGENASI . . . . . . . . 3
D.
JENIS PERNAPASAN . . . . . . . . 4
E.
PEMERIKSAAN FUNGSI PARU DENGAN ALAT SPIROMETRI . . 5
F.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN . . 6
G. GANGGUAN OKSIGENASI . . . . . . . 8
H. MASALAH KEBIDANAN YANG BERKAITAN
DENGAN
KEBUTUHAN OKSIGEN . . . . . . . 10
I.
METODE PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN . . . . 12
J.
PROSES ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN DENGAN
MASALAH OKSIGENASI . . . . . . . 16
BAB
III PENUTUP . . . . . . . . . 18
A.
KESIMPULAN . . . . . . . . . 18
B.
SARAN . . . . . . . . . . 18
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . V
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Oksigen
termasuk kebutuhan vital, bukan? Tentu saja, selain makan dan minum makhluk
hidup khususnya manusia juga membutuhkan udara yaitu oksigen. Oksigen sangat
diperlukan karena merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
bernafas dalam kelangsungan hidupnya. Oksigen berguna dalam membantu kerja
metabolisme sel tubuh untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Sedangkan, yang
dimaksud dengan oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2)
bagi tubuh. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka
akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
pasien akan meninggal.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari kebutuhan
oksigenasi?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan
dalam kebutuhan oksigenisasi?
3. Bagaimana terjadinya proses oksigenasi
beserta hasil prosesnya?
4. Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi?
5. Seperti apa jenis pernafasan dan
pengukuran fungsi paru?
6. Bagaimana proses perawatan pada masalah
kebutuhan oksigenasi?
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui hal yang
berhubungan dengan kebutuhan oksigenasi
2. Untuk mengetahui jenis pernafasan
dan pengukuran fungsi paru
3. Untuk mengetahui proses kebidanan
pada masalah kebutuhan oksigenasi
D.
MANFAAT
1. Menambah wawasan bagi mahasiswa
tentang kebutuhan-kebutuhan dasar manusia
2. Memperkaya pengetahuan mahasiswa
tentang asuhan kebidanan pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
KEBUTUHAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah pemberian tambahan
aliran gas oksigen lebih dari 20% pada tekanan/atm. Sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam darah pada kondisi klien yang membutuhkan. Oksigenasi
adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada pasien untuk mengatasi masalah
pernapasan. Misalnya pada penderita asma, bronkopneumonia, pasien tidak sadar ,
dan pasien penyakit jantung.
Oksigen
memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan
kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang
biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran
pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
B.
SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM
KEBUTUHAN OKSIGENASI
1) Saluran
pernapasan bagian atas:
a) Hidung, proses oksigenasi diawali
dengan masuknya udara melalui hidung
b) Esophagus
c) Laring, merupakan saluran pernapasan
setelah faring.
d) Epiglotis, merupakan katup tulang
rawan yang bertugas menutup laring saat proses menutup.
2) Saluran pernapasan bagian bawah:
a) Trakhea, merupakan kelanjutan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.
b) Bronkhus, merupakan kelanjutan dari
trakhea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.
c) Bronkiolus, merupakan saluran
percabangan setelah bronchus.
d) Alveoli, merupakan kantung udara
tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
e) Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru
merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.
C.
PROSES OKSIGENASI
1) Ventilasi
Merupakan
proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat
tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh
proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience
merupakan kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2
atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan
pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor :
a. Adanya konsentrasi oksigen di
atmosfer
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli
pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
2) Difusi Gas
Difusi
gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO2
di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau
permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan
dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli
masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk
dalam darah secara difusi).
3) Transportasi Gas
Transportasi
gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi
pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
D.
JENIS PERNAPASAN
1) Pernapasan Eksternal
Pernapasan
eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2
dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini
dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas,
kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu
oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan
dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh
tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
2) Pernapasan Internal
Pernapasan
internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan
cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua hormon termasuk
derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.
E.
PEMERIKSAAN FUNGSI PARU DENGAN ALAT
SPIROMETRI
Respirasi
(pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi.
Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang
mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih
rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume
dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri, sedang
hasil rekamannya disebut dengan spirogram.
Udara
yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak
500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat
bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350
ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus
alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.
Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead space).
Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal permenit. Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal permenit. Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume
pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil
nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan
inspirasi (Inspiratory reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal
sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar 3600 ml. Meskipun paru dalam
keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi sesungguhnya
paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu yang
mempertahankan paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume residu sekitar
1200 ml.
Berikut cara pemeriksaan vital paru
dengan alat spirometri:
1) Siapkan alat spirometri
2) Nyalakan alat terlebih dahulu dengan
memencet tombol ON. Masukkan data seperti umur, jenis kelamin, TB, BB.
3) Kemudian masukkan mouthpiece yang
ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan tutuplah hidung dengan penjepit
hidung.
4) Untuk mengatur pernapasan,
bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum melakukan pemeriksaan.
5) Tekan tombol start jika sudah siap
untuk memulai pengukuran.
6) Mulai dengan pernapasan tenang
sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal (tidak terputus).
Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar monitor
spirometri.
7) Kemudian ulangi pengukuran dengan
melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal.
8) Setelah selesai lepaskan mouthpiece,
periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan dengan mencetak hasil rekaman
(tekan tombol print pada alat spirometri).
F.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN
OKSIGEN
Kebutuhan
tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang
banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status
kesehatan.
1) Lingkungan
Pada
lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.
Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan
penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan
oksigen.
Pengaruh
lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat
tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun.
Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada
ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli
berkurang. Ini mengindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit.
Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang.
Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga
seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan
oksigen.
Selain
itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang
dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya
rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi
secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata
perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2) Latihan
Latihan
fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan
respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3) Emosi
Takut,
cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen
meningkat.
4) Gaya Hidup
Kebiasaan
merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat
memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang
terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5) Status Kesehatan
Pada
orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik
sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya,
orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
G.
GANGGUAN OKSIGENASI
Permasalahan
dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan yang
terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari
organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan
adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
Gangguan
pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi,
trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan
kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis
besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan
irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
1) Gangguan irama/frekuensi pernapasan
·
Gangguan irama pernapasan antara lain:
a) Pernapasan ‘Cheyne-stokes’ yaitu
siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian
menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis
pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan
tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernapasan
ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 - 15.000 kaki di atas
permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan ‘Biot’ yaitu pernapasan
yang mirip dengan pernapasan Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea. Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang
selaput otak.
c) Pernapasan ‘Kussmaul’ yaitu
pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering melebihi 20
kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis
metabolik dan gagal ginjal.
·
Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi
pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi pernapasa normal.
b) Bradipnea, yaitu kebalikan dari
takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi
pernapasan normal.
2) Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu:
·
Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya
pada poliomielitis, transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja
ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
·
Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru, yaitu:
a) Kondisi yang menyebabkan luas
permukaan difusi berkurang, misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan
lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan
membran pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lain-lain.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio
ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya
pada trombosis paru.
·
Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan
oksigen dari paru-paru ke jaringan yaitu:
a) Anemia dimana berkurangnya jumlah
total hemoglobin yang tersedia untuk transpor oksigen.
b) Keracunan karbondioksida dimana
sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengankut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan
yang disebabkan oleh karena curah jantung yang rendah.
3) Hipoksia
Hipoksia
adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat daripada
anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik.
a) Hipoksemia
Hipoksemia
adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu
hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia
anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah
karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik
terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat
hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan
karbondioksida.
b) Hipoksia Hipokinetik (stagnat
anoksia/anoksia bendunagn)
Hipoksia
hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagn atau sumbatan.
Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic
dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi
dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai
darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik
kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihanatau abnormal baik
lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu,
sehingga jarinagn kekurangan oksigen.
c) Overventilasi Hipoksia
Overventilasi
hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga
kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
d) Hipoksia Histotoksik
Hipoksia
histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal
tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih
banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).
H.
MASALAH KEBIDANAN YANG BERKAITAN
DENGAN KEBUTUHAN OKSIGEN
1) Tidak efektifnya jalan napas
Masalah keperawatan ini
menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karena adanya
sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme
bronkhus dan lain-lain.
2) Tidak efektifnya pola napas
Tidak efektifnya pola napas ini
merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu respirasi dan ekspirasi
menunjukan tidak normal. Penyebabnya bisa karena kelemahan neoromuskular,
adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan dan lain-lain.
3) Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan
suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup
dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan
kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli, kondisi anemia,
proses penyakit dan lain-lain.
4) Penurunan perfusi jaringan
Adalah suatu keadaan dimana sel
kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi
hipocolemia, hipervolemia, retensi karbondioksida, penurunan cardiac output dan
lain-lain.
5) Intoleransi aktivitas
Adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya.
Penyebabnya antara lain karena ketidakseimbangan antara suolai dan kebututhan
oksigen, produksi energi yang dihasilkan menurun dan lain-lain.
6) Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat
mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernapas (sesak napas) menyebakan
seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa tidur. Perubahan pola tidur juga
dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.
7) Risiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi mengakibatkan
suplai darah ke otak berkurang. Hal tersebut disebabkan oleh cardiac output
yang menurun, aliran darah ke otak berkurang, gangguan perfusi otak, dan
lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen sehingga berisiko terjasi
kerusakan jaringan otak.
I.
METODE PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
1) Pemberian oksigen
Pemberian
oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien
dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian
oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah
terjadinya hipoksia.
·
Persiapan Alat dan Bahan:
a) Tabung oksigen lengkap dengan
flowmeter dan humidifier
b) Nasal kateter, kanula, atau masker
c) Vaselin,/lubrikan atau pelumas (
jelly)
·
Prosedur Kerja:
a) Cuci tangan
b) Jelaskan pada pasien mengenai
prosedur yang akan dilakukan
c) Cek flowmeter dan humidifier
d) Hidupkan tabung oksigen
e) Atur posisi semifowler atau posisi
yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
f) Berikan oksigen melalui kanula atau
masker.
g) Apabila menggunakan kateter, ukur
dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
h) Catat pemberian dan lakukan
observasi.
i)
Cuci tangan
2) Fisioterapi dada
Fisioterapi
dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi,
vibrasi dan postural drainage.
·
Perkusi
Disebut
juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding
dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus.
Prosedur
Kerja:
a) Tutup area yang akan dilakkan
perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan.
b) Anjurkan klien tarik napas dalam dan
lambat untuk meningkatkan relaksasi
c) Perkusi pada tiap segmen paru selama
1-2 menit
d) Perkusi tidak boleh dilakukan pada
daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
·
Vibrasi
Getaran
kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar
pada dinding dada klien. Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental.
Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
Prosedur
Kerja:
a) Letakkan telapak tangan, telapak
tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di drainage. Satu tangan
diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara
yang lain: tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
b) Anjurkan klien menarik napas dalam
melalui hidung dan menghembuskan napas secara lambat lewat mulut atau pursed
lips.
c) Selama masa ekspirasi, tegangkan
seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan
(kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan
inspirasi.
d) Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan
klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat sputum.
·
Postural drainage
Merupakan
salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru
dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik untuk
melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum
tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila
lendir klien berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien
menderita demam.
Hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
a) Batuk 2 atau 3 kali berurutan
setelah setiap kali berganti posisi
b) Minum air hangat setiap hari sekitar
2 liter.
c) Jika harus menghirup bronkodilator,
lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural drainage
d) Lakukan latihan napas dan latihan
lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.
Peralatan:
Peralatan:
a) Bantal
b) Papan pengatur posisi
c) Tisu wajah
d) Segelas air
e) Sputum pol
Prosedur:
a) Cuci tangan
b) Pilih area yang tersumbat yang akan
di drainage berdasarkan pengkajian semua area paru, data klinis dan chest
X-ray.
c) Baringkan klien dalam posisi untuk
mendrainage area yang tersumbat.
d) Minta klien mempertahankan posisi
tersebut selama 10-15 menit.
e) Selama 10-15 menit drainage pada
posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas area yang di drainage
f) Setelah drainage pada posisi
pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa batuk, lakukan suction.
Tampung sputum di sputum spot.
g) Minta klien istirahat sebentar bila
perlu
h) Anjurkan klien istirahat sebentar
bila perlu.
i)
Anjurkan klien minum sedikit air.
j)
Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter
drainage
k) Ulangi pengkajian dada pada semua
bidang paru.
l)
Cuci tangan
m) Dokumentasikan
3) Napas dalam dan batuk efektif
·
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari
atas pernapasan abdominal (diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur:
a) Atur posisi yang nyaman
b) Fleksikan lutut klien untuk
merelaksasikan otot abdomen
c) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada
abdomen, tepat dibawah tulang iga
d) Tarik napas dalam melalui hidung,
jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi 3 selama inspirasi
e) Hembuskan udara lewat bibir seperti
meniup (purse lips braething) secara perlahan-lahan.
·
Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur:
a) Tarik napas dalam lewat hidung dan
tahan napas untuk beberapa detik.
b) Batukkan 2 kali. Pada saat batuk
tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada sputum pot.
c) Hindari penggunaan waktu yang lama
selama batuk karena dapat menyebabkan fatigue dan hipoksia.
d) Suctioning (pengisapan lendir)
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien
yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan
tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
a) Alat pengisap lendir dengan botol
yang berisi larutan desinfektan
b) Kateter pengisap lendir
c) Pinset steril
d) Dua kom berisi larutan akuades/NaCl
0,9% dan larutan desinfektan
e) Kasa steril
f) Kertas tisu
Prosedur Kerja :
a) Cuci tangan
b) Jelaskan pada pasien mengenai
prosedur yang akan dilaksanakan.
c) Atur pasien dalam posisi terlentang
dan kepala miring ke arah perawat
d) Gunakan sarung tangan
e) Hubungakan kateter penghisap dengan
selang penghisap
f) Hidupkan mesin penghisap
g) Lakukan penghisapan lendir dengan
memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk
mencegah trauma mukosa.
h) Masukkan kateter pengisap dalam
keadaan tidak mengisap
i)
Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5
detik
j)
Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
k) Lakukan hingga lendir bersih
l)
Catat respon yang terjadi
m) Cuci tangan
J. PROSES ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH OKSIGENASI
1)
Pengkajian
Pengkajian
di lakukan harus mencakup data yang dikumpulkan dari sumber berikut.:
a)
Riwayat
fungsi kardiopulmonal normal klien dan fungsi kardiopulmonal saat ini
.kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi pernafasan pada masa yang lalu , serta
tindakan klien yang digunakan untuk mengoptimalkan oksigenasi.
b)
Pemeriksaan
fisik kardiopulmonal klien termasuk inspeksi , palpasi , perkusi dan
auskultasi.
c)
Peninjauan
kembali hasil pemerisaan laboratorium dan hasil pemeriksaan diagnosa.
2)
Diagnosa Kebidanan
Klien yang
mengalami perubahan tingkat oksigenasi dapat memiliki diagnosa kebidanan yang awalnya dari kardiovaskular
atau pulmoner. Setiap diagnosa kebidanan harus
didasarkan pada karakteristik dan melibatkan etiologi terkait .label diagnosik
livaldasi dengan menggunakan batasan karakteristik atau tanda dan gejala.
3)
Perencanaan Kebidanan (intervensi)
Klien yang
mengalami kerusakan oksigenasi membutuhkan rencana asuhan kebidanan yang
ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi actual dan potencial klien.
Sasaran individual berasal dari kebutuhan berpusat pada klien .Bidan
mengidentifikasikan hasil akhir khusus asuhan kebidanan yang diberikan . Sasaran
tersebut meliputi satu atau lebih.
Sasaran yang
berpusat pada klien brikut ini:
a) Klien dapat mempertahankan kepatenan jalan nafas
b) Klien mempertahankan dan meningkatkan ekspansi paru
c) Klien mengeluarkan sekresi paru
d) Klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas
e) Oksigenasi jaringan dipertahankan atau ditingkatkan
f) Fungsi kardiopulmonar klien diperbaiki dan
dipertahankan.
4) Pelaksanaan Kebidanan
(implementasi)
Intervensi kebidanan untuk meningkatkan dan
mempertahankan
oksigenasi tercakup dalam domain kebidanan. Pemberian dan pemantauan intervensi dan program
terapeutik . hal ini meliputi tindakan kebidanan mandiri seperti prilaku peningkatan
kesehatan dan upaya pencegahan , pengaturan posisi , tehnik batuk dan
intervensi mandiri atau tidak mandiri seperti terapi oksigen. Teknik inflasi
paru , hidrasi, fisioterafi dada , dan obat obatan.
5) Evaluasi
Intervensi dan terapi perawatan dievaluasi dengan
membandingkan kemajuan pencapaian klien terhadap tujuan intervensi dan hasil
akhir yang diharapkan dari rencana ASKEB setiap tujuan dan kategori intervensi memiliki
criteria evaluasi.
Apabila tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan oksigenasi
tidak berhasil, maka bidan harus
segera memodifikasi rencana asuhan kebidanan intervensi yang baru kemudian
dikembangkan.Bidan tidak perlu
ragu untuk memberitau dokter tentang status klien yang buruk . pemberitahuan yang
cepat dapat menghindari situasi darurat bahkan menghindari perlunya resusitasi
jantung paru.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Oksigen
memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
B.
SARAN
Dalam
mempelajari materi ini, mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan
pengaplikasiannya dalam dunia kebidanan. Diharapkan bidan dan tenaga kesehatan
lainnya mampu memahami dan mendalami Kebutuhan fisiologis oksigenasi yang
merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat mendasar.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmadi. 2008. “Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien”. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006.
Pengantar Kebutuhan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Greven, Ruth.
1999. “Fundamental Of Nursing Human
Health And Function”. Jakarta: EGC
Wildan, Moh dan Hidayat, a.Aziz Alimul. 2009. “Dokumentasi Kebidanan”. Jakarta: Salemba
Medika.
Langganan:
Postingan (Atom)